
Salatiga, Jawa Tengah – Suasana di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, tampaknya semakin memanas. Setelah aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Hukum (FH) pada Jumat (2/5) lalu, kini giliran sivitas akademika dari fakultas lain yang menunjukkan gelagat serupa, menyerukan adanya “aksi nyata” dan “suara kenabian” di tengah berbagai persoalan yang melanda kampus tersebut.
Informasi yang beredar menyebutkan adanya seruan aksi dari dua kubu berbeda yang dijadwalkan berlangsung pada hari ini, Senin (5/5).
FTI Gelar Koordinasi untuk “Aksi Nyata”
Menurut Bekti Wiratmakas, SH., Alumni FH UKSW, Telah beredar sebuah Nota Dinas bernomor 013/FTI.DEK/5/2025, tertanggal 4 Mei 2025, yang ditandatangani oleh Dekan FTI, Daniel H.F. Manongga, M.Sc., Ph.D., telah tersebar di kalangan sivitas akademika UKSW. Surat tersebut berisi undangan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan (tendik) FTI untuk menghadiri koordinasi pada Senin, 5 Mei 2025, pukul 07.00 WIB pagi di kampus FTI.
Dakam isi nota dinas tersebut, koordinasi ini bertujuan untuk mempersiapkan “aksi nyata turun ke kampus Diponegoro untuk menyampaikan aspirasi bersama”. Meski detail spesifik mengenai aspirasi yang akan disampaikan belum dirinci dalam surat tersebut, ajakan ini muncul di tengah pusaran berbagai isu serius yang sedang dihadapi UKSW dan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW).
Para dosen dan tendik FTI yang diundang dalam koordinasi tersebut diminta mengenakan dresscode berwarna biru khas FTI.
Mahasiswa Teologi Suarakan “Suara Kenabian” dengan Tuntutan Jelas
Secara terpisah, seruan aksi juga muncul dari lingkungan mahasiswa Fakultas Teologi (FTH). Melalui undangan yang beredar dengan tagar #PenjagaIdealismeMemanggil, Keluarga Mahasiswa Fakultas Teologi mengajak seluruh mahasiswa fakultas tersebut untuk berkumpul pada pukul 07.30 WIB di Tangga Parkiran Cungkup dengan mengenakan dresscode hitam yang undangannya sampai di meja redaksi.
Aksi ini disebut bertujuan untuk menyuarakan “Suara Kenabian” terkait kondisi kampus. Berbeda dengan seruan FTI, undangan dari mahasiswa Teologi ini menyertakan poin-poin tuntutan yang lebih spesifik, yakni:
- Menolak penyelewengan kekuasaan.
- Menuntut agar Rektor kembali kepada model kepemimpinan yang sesuai dengan nilai-nilai Satya Wacana.
- Menuntut pertanggungjawaban atas ketidakadilan terhadap Pdt. Rama Tulus.
Undangan tersebut juga menyisipkan kutipan dari Alkitab, Kisah Para Rasul 4:31, yang umumnya dimaknai sebagai penekanan pada persatuan dan keberanian dalam berbicara kebenaran.

Latar Belakang Krisis Kampus
Ajakan aksi dari FTI dan mahasiswa Fakultas Teologi ini seolah menjadi kelanjutan dari gelombang ketidakpuasan yang sebelumnya telah diwujudkan dalam aksi protes oleh Fakultas Hukum pada Jumat (2/5). Aksi FH tersebut dipicu oleh keputusan Rektor UKSW yang memberhentikan Dekan FH, Prof. Dr. Umbu Rauta, beserta Wakil Dekan dan para pejabat struktural lainnya secara mendadak. Aksi FH kala itu diwarnai tudingan adanya tindakan sewenang-wenang dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak Rektorat.
Secara lebih luas, UKSW dan YPTKSW memang tengah menghadapi berbagai isu krusial, mulai dari gugatan hukum terkait sengketa pemilihan Rektor periode 2022-2027 yang masih bergulir di Pengadilan Negeri Salatiga, dugaan tindak pidana yang melibatkan oknum Pembina YPTKSW, hingga laporan polisi terkait kasus dana “Tali Asih” yang diduga diselewengkan.
Munculnya seruan aksi dari fakultas yang berbeda setelah Fakultas Hukum mengindikasikan potensi meluasnya respons ketidakpuasan dari berbagai elemen sivitas akademika terhadap krisis tata kelola dan transparansi yang dirasakan di UKSW.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak Rektorat UKSW terkait Nota Dinas FTI maupun rencana aksi yang akan dilakukan oleh FTI dan mahasiswa Fakultas Teologi pada hari ini. Aksi yang direncanakan pada Senin pagi ini berpotensi menambah babak baru dalam dinamika internal kampus berjuluk “Indonesia Mini” tersebut.
(Kontributor: Bekti W./Alumni FH UKSW./Red.*)